Friday, March 6, 2015

Sistem gerak pada manusia (2) : Otot



Otot disebut juga alat gerak aktif sebab mempunyai performa berkontraksi jadi bisa menggerakkan tulang. Sifat otot ada tiga yaitu: kontraktibilitas (performa memendek), elastisitas (performa kembali ke bentuk semula), serta ekstensibilitas (performa memanjang). Setiap otot mempunyai dua alias lebih tendon (ujung otot). Tendon yang melekat pada tulang yang bergerak disebut insersio, sedang yang melekat pada tulang yang tak bergerak disebut origo. Otot dibungkus oleh selaput yang disebut fasia superfisialis, sebetulnya disusun oleh kumpulan serabut otot yang dibungkus oleh selaput fasia propia. Satu serabut otot dibungkus oleh selaput sarkolemma, serta dibentuk oleh tak sedikit miofibril. Satu miofibril disusun oleh tak sedikit sarkomer dimana tiap sarkomer tersusun dari aktin serta miosin.


Beginilah struktur otot manusia

Rangsang yang datang dari otak bakal disemakinkan ke otot oleh asetilkolin, sebuahzat yang bermanfaat menghantarkan rangsang (impuls). Rangsang yang tiba di otot bakal menyebabkan terbentuknya ikatan antara aktin serta miosin membentuk aktomiosin. Bila terbentuk aktomiosin, otot bakal memendek (berkontraksi) jadi bisa menggerakkan tulang.


Arah gerak otot

Otot-otot yang memunculkan arah gerak yang berlawanan disebut otot antagonis. Arah gerakan yang antagonis bisa berupa:
ekstensor (meluruskan) x fleksor (membengkokkan)
abduktor (menjauhi badan) x adduktor (mendekati badan)
depresor (menurunkan) x elevator (mengangkat)
supinasi (menengadah) x pronasi (menelungkup)

Contoh otot antagonis merupakan otot bisep (otot ber-origo dua) serta otot trisep (otot ber-origo tiga).
Otot-otot yang bekerjasama untuk memunculkan sebuahgerak searah disebut otot sinergis. Contoh gerak sinergis merupakan gerak pronasi (menelungkupkan telapak tangan) yang muncul sebab kerjasama otot pronator teres serta pronator kuadratus.



Energi untuk kontraksi otot

Energi untuk kontraksi otot diperoleh dari penguraian ATP (Adenosin trifosfat). Sewaktu kontraksi ATP terurai menjadi ADP (Adenosin difosfat) serta melepaskan energi yang dipakai untuk mengikatkan aktin serta miosin. Selanjutnya ADP tetap bisa dipecah lagi menjadi AMP serta melepaskan energi. Bila ATP serta ADP dalam otot sudah habis, maka otot tak sanggup lagi berkontraksi. Untuk bisa berkontraksi kembali maka ATP wajib dibentuk lagi.

Energi untuk membentuk kembali ATP bersumber dari hasil penguraian glikogen. Glikogen bakal diubah dulu menjadi laktasidogen lalu diubah menjadi glukosa (bentuk gula yang larut dalam darah). Glukosa bakal dioksidasi dengan cara aerob serta menghasilkan energi untuk mengikatkan gugus P pada ADP jadi terbentuk ATP yang siap kembali dipakai untuk asal energi bagi kontraksi otot. Proses respirasi aerob ini dilepaskan CO2 serta H2O.

Bila otot bekerja amat keras diperlukan tak sedikit ATP yang tak bisa tercukupi dengan respirasi aerob saja. Untuk itu tidak hanya respirasi aerob, juga berjalan respirasi anaerob dimana glukosa dipecah tanpa oksigen menghasilkan energi serta CO2 dengan hasil samping asam laktat yang menyebabkan lelah serta linu pada otot.

Kelainan serta gangguan pada sistem gerak

Tulang sebagai organ tubuh tak jarang mengalami gangguan ataupun kelainan. Kelainan ini bisa dikarenakan oleh serangan kuman, ketidak lebihan zat, hormon, vitamin, alias sebab sebab-sebab lain.

Arthritis eksudatif, infeksi sendi oleh kuman (gonorhoeo alias sifilis)
Arthritis sika, bertidak lebihnya minyak sendi, jadi seolah-olah sendi menjadi kering. Pada waktu sendi digerakkan, sendi semacam berderik serta memunculkan rasa nyeri
Memar, terjadi sebab sobeknya selaput sendi. Bila sobeknya selaput sendi ini diikuti oleh lepasnya ujung tulang dari sendi maka disebut urai sendi
Layuh semu, merupakan keadaan di mana tulang tak bertenaga. Faktor ini umpama dikarenakan oleh infeksi sifilis pada anak sejak dalam kandungan. Infeksi ini menyebabkan rusaknya cakra epifise, jadi tulang menjadi layuh.
Fraktura / fisura, merupakan patah / retaknya tulang. Dibedakan menjadi dua, yaitu patah tulang terbuka serta patah tulang tertutup. Patah tulang tertutup terjadi apabila tulang yang patah tetap terlindungi oleh otot serta kulit. Sedang patah tulang terbuka terjadi apabila tulang yang patah, merobek otot serta kulit jadi mencuat ke permukaan
Nekrosa, merupakan matinya sel tulang. Biasanya faktor ini dikarenakan oleh kerusakan periosteum (selaput pembungkus tulang keras) yang bertugas menumbuhkan tulang.
Gangguan pada ruas-ruas tulang belakang (vertebrae), apabila ruas-ruas tulang belakang dilihat dari samping tampak terlalu bengkok ke depan disebut lordosis, serta bila terlalu bengkok ke belakang disebut kifosis, serta bila ruas-ruas tulang belakang bengkok ke samping disebut skoliosis.

No comments:

Post a Comment